Ekbis

HIGHLIGHT PONDOK PESANTREN DI AJANG FESYAR INDONESIA 2019.

 

Dorong optimalisasi peran pesantren untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat rujukan Eksyar Dunia, Kata kuncinya adalah Sinergi…Sinergi…dan Sinergi.

SURABAYA : ( KABARAKTUALITA .COM ) – SINERGI adalah kunci untuk mendorong terwujudnya cita-cita besar Indonesia untuk menjadi barometer ekonomi syariah dunia. Hal ini yang melatar belakangi Bank Indonesia ( BI ) Jawa Timur mengusung tema “Mendorong Sinergi Terintegrasi Antar Pesantren dan Industri Halal Dalam Pengembangan Ekonomi Syariah” pada rangkaian kegiatan Fesyar Indonesia yang digelar pada tanggal 6 – 9 November 2019 .

Potensi EKSyar global yang berkembang pesat memicu berbagai negara di dunia, bahkan negara-negara yang notabene bukan mayoritas muslim, seperti China, Thailand, Korea dan Inggris untuk berlomba-lomba memanfaatkan peluang yang ada dan berupaya menjadi pemain utama dalam industri halal global.

Karena itu, negara Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, ditambah dengan bonus demografi (periode 2030 – 2045 ) dimana 70% populasinya berada pada usia produktif, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri halal global.

Untuk mendukung terwujudnya potensi ini, maka SDM yang unggul menjadi syarat utama dan mutlak diperlukan.

Pesantren dengan karakter dan keunikannya memiliki potensi SDM yang besar baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam mendorong akselerasi pembangunan ekonomi dan mewujudkan cita-cita besar Indonesia sebagai pusat rujukan Eksyar dunia. Indonesia memiliki hampir sekitar 30.000 pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan sekitar 80% terdapat di Pulau Jawa. *Karenanya, Seminar Model Bisnis Pesantren ini merupakan wujud nyata upaya Bank Indonesia dalam memfasilitasi kolaborasi para pihak terkait agar dapat secara bersama-sama bersinergi, bersilaturahmi agar semakin dapat bersatu padu dalam mewujudkan cita-cita besar kita bersama.

Harapannya, seminar yang dilaksanakan kali ini juga tidak sekedar menghasilkan makalah, tetapi juga dapat lebih muamalah dan amaliah yang diobsesikan dalam replikasi model bisnis pesantren yang telah terbukti sukses dalam mendorong pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren.

Pada kesempatan kali ini, 3 (tiga) Pesantren Terbaik di Regional Sumatera, KTI dan Jawa dan Direktur OPOP Training Centre, membagikan kisah inspriatif kunci sukses Pesantren dalam mengoptimalkan perannya bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya, sbb:

Pesantren Istiqomah Al-Amin – Lampung ( Terbaik se-Regional Sumatera ).

Menyelesaikan Masalah menjadi Maslahah, Masalah Berujung Hikmah*. Dibangun di daerah perkampungan, maka sumber pembiayaan operasional pesantren dalam penyelenggaraan pendidikan menjadi salah satu masalah besar yang timbul. Dalam hal ini, Pesantren tidak bisa mengenakan biaya yang terlalu tinggi bagi para Santri karena dikhawatirkan justru akan mempersempit jangkauan Pesantren dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat di sekitar Pesantren. Karenanya pesantren mempunyai strategi untuk mengatasi masalah ini, diantaranya melalui
1. Pengembangan Inovasi Usaha Budidaya Ikan dengan Metode Bioflok,
2. Pendirian Kopontren dan BMT, serta kerjasama dengan Dinas & Asosiasi terkait untuk perluasan usaha pesantren,
3. Optimalisasi potensi SDM melalui penyesuaian metode pembelajaran Santri sesuai dengan kecerdasan dasarnya. Lebih lanjut, optimalisasi potensi SDM ini juga bertujuan untuk mencetak santri-santri unggulan yang tidak hanya fokus menjadi ahli dakwah, namun juga dapat berperan sebagai motor penggerak roda perekonomian di masyarakat.

Pesantren Daarut Tauhid – Bandung – Terbaik se-Regional Jawa.

Rumus pengembangan usaha Daarut Tauhid adalah “kalau disitu berkerumun jamaah maka pasti ada potensi ekonomi”* Pesantren ini pun mempunyai tagline sebagai cerminan cita-citanya, yaitu *Dari masjid untuk Indonesia yang Rahmatan Lil-alamin*. Awal pembangunan Daarut Tauhid berawal dari Tanah Wakaf, dan berkat pengelolaannya yang produktif, saat ini penerimaan Pesantren dapat mencapai Rp151 Miliar/tahun yang berasal dari Pendidikan, Pengelolaan aset wakaf produktif dan dividen dari anak perusahan yang dikelola. Surplus pesantren saat ini sekitar Rp5 -10 miliar/tahun.

Pesantren Daarunahdlatain Nahdatul Wathan Panchor – NTB  ( terbaik Regional KTI )

Terus berinovasi untuk semakin meningkatkan kemandirian pesantren*. Berdiri sejak tahun 1934, Pesantren telah mandiri dalam mengelola kegiatan pesantren yang fokus pada penyediaan pendidikan dimana Pesantren telah membiayai sendiri Tenaga Pengajar-nya. Pada masa-masa awal berdiri, Tenaga Pengajar Pesantren dibayar dalam bentuk padi dari tanah wakaf yang dikelola Pondok Pesantren. Berawal dari permasalahan tersebut, Pesantren terus berinovasi untuk pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren, melalui berbagai unit usaha pesantren, diantaranya
1. pengelolaan wakaf produktif dengan penerapan inovasi untuk meningktkan kapasitas produksi dan produktivitas di bidang perikanan dan perunggasan bekerjasama dengan IPB,
2. perluasan unit usaha konveksi dan penyediaan jasa makanan melibatkan Santri SMK Pesantren
3. perluasan unit usaha bakery.

One Pesantren One Product, Direktur OPOP Training Center UNUSA.

Mengusung 3 fokus pilar pengembangan Pesantren, Pemprov Jatim mendorong pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren untuk guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar pesantren 3 fokus pilar tersebut, diantaranya
1. Santripreneur yang bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman dan keterampilan santri dalam menghasilkan produk unik sesuai syariah yang berorientasi pada keamnfaatan dan keuntungan;
2. Pesantrenpreneur yaitu program pemberdayaan ekonomi mencakup peningkatan kualitas dan pemasaran produk melalui Koperasi Pesantren
3. Sociopreneur yaitu upaya menumbuhkan wirausaha baru dari kalangan alumni pesantren yang melibatkan masyarakat sekitar pesantren.  ( Dji )

Related Articles

Back to top button