OJK : Didukung Permodalan Kuat dan Likuiditasi Memadai Sektor Jasa Keuangan Mampu Hadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Global
JAKARTA : ( KABARAKTUALITA.COM ) – Stabilitas sektor jasa keuangan nasional hingga kini masih terjaga. Ini didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga mampu menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Hal tersebut disampaikan Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada acara keterangan siaran pers.Rabu ( 10/1/2024 ).
Bahkan dalam Indikator Perekonomian telah menunjukkan moderasi pertumbuhan Ekonomi di beberapa Negara, khususnya di anegara Uni Eropa dan Tiongkok. Perlambatan pertumbuhan ekonomi mendorong inflasi turun mendekati target inflasi sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif.
Dilansir OJK, bahwa di AS, The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 bps di 2024 dengan pasar menilai ekonomi AS masih cukup resilient dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi.
Kendati begitu, pasar masih mencermati perkembangan Geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di laut merah imbas dari konflik Palestina-Israel, serta penyelenggaraan pemilihan umum yang mencakup 50 persen populasi dunia terutama di beberapa negara utama seperti AS, Uni Eropa, India, dan Taiwan.
Secara umum sentimen di pasar keuangan gobal cenderung positif pada Desember 2023 didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) dan narasi soft landing di AS, sehingga mendorong kembalinya aliran dana masuk ke Emerging Markets (EM) dan penguatan pasar keuangan global, termasuk pasar keuangan Indonesia. Volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar juga terpantau menurun.
Sedangkan di domestik, leading Indicators Perekonomian Nasional masih cukup positif, di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif. Tingkat inflasi juga terjaga rendah di level 2,61 persen yoy (November 2023: 2,28 persen yoy).
Kendati demikian, masih membutuhkan dalam mencermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor.( * )