Pendidikan

Babad Peniwen Ajak Masyarakat Kenali kehidupan Desa Melalui Budaya.

 

 

Malang : ( KABARAKTUALITA.COM ) – Gelaran Festiva Babad Peniwen yang di inisiasi oleh Komunitas Wisata Budaya Desa Peniwen (WBDP) mengajak masyarakat melestarikan tradisi budaya lokal dengan mengajak hidup bersama selama beberapa hari dengan kehidupan perdesaan.

Kegiatan yang bertajuk Gesang Selaras yaitu selaras dengan alam dan selaras dengan sesama berlangsung pada 27-30 Desember 2018 didesa Peniwen, Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang.
Rangkaian kegiatan Festival Babad Peniwen ini merupakan kerjasama antara WBDP, LPPM Universitas Ciputra, Musium Gubug Wayang Mojokerto dan GKJW Jemaat Peniwen. Desa Peniwen memiliki kekhasan penduduknya 99 % adalah penganut Kristen Protestan.

Kegiatan ini yang mengedapkan kehidupan perdesaan dengan tradisi Kristen, pada pembukaan diawali dengan Pagelaran Wayang Babad Peniwen yang dibawakan oleh Dalang Kreatif Ki Wahyu Dunung Raharjo, S.Sn asal Sukoharjo, Jawa Tengah.
Ki Dunung menjelaskan bahwa cerita Wayang Babad Peniwen mengupas Kyai Zangkioes Kasanawi yang merupakan tokoh utama dalam lahirnya desa Peniwen pada tahun 1830. Wayang ini di

” Ide cerita pagelaran ini dimulai dari hijrah-nya Kyai Zangkeos beserta kawan-kawanya ke Hutan Peniwen pada tahu 1800-an. Sebuah misi mulia untuk membuka hutan guna kesejahteraan masyarakat dilaksanakan bukan dengan tantangan” ungkap Ki Dunung

Pada kesempatan yang sama Didik Baskoro selaku Ketua WBDP menjelaskan konsep kegiatan ini para pengunjung akan merasakan kehidupan layaknya warga desa setempat selama beberapa hari. Pengunjung akan merasakan sensasi bertani maupun berkegiatan di sawah.

” Kegiatan Festival Babad Peniwen ini adalah upaya untuk menggali kembali nilai-nilah luhur kristiani yang telah tertanam di desa Peniwen yang bisa dirasakan masyarakat luar desa Peniwen” papar Didik

Festival Babad Peniwen juga menyajikan Galeri Injil yang menampilakan 80 lukisan yang bercerita tentang rangakaian kehidupan Yesus Kristus dalam Injil Perjanjian baru.

Selain itu terdapat dolanan tradisonal selama festival berlangsung seperti dakon, angkle, engrang, gebuk bantal dan membuat mainan dari daun kelapa yang dipandu kader WBDP.   ( * Dji  )

Related Articles

Back to top button